PARIWARA



Tampilkan postingan dengan label analisa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label analisa. Tampilkan semua postingan

Selasa, 25 Agustus 2009

KARAKTERISTIK DAN ANALISIS ZONE AGROEKOLOGI


Agroekologi adalah pengelompokan suatu wilayah berdasarkan keadaan fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat diharapkan tidak akan berbeda dengan nyata. Komponen utama agroekologi adalah iklim, fisiografi atau bentuk wilayah dan tanah. Karena paling sulit dimodifikasi iklim merupakan perubah yang paling dominan. Iklim dikelompokkan berdasarkan faktor-faktor iklim utama yang berhubungan erat dengan keragaman tanaman yaitu suhu dan kelengasan. Untuk daerah tropis seperti Indonesia, suhu dibagi menjadi panas yang biasanya diperoleh pada ketinggian di bawah 700 m dan sejuk untuk wilayah dengan ketinggian yang lebih tinggi sampai sekitar 2000 m di atas permukaan laut. Di Indonesia juga dijumpai wilayah dengan rejim suhu yang dingin pada elevasi yang lebih, tetapi tidak banyak diusahakan untuk pertanian.

Kelengasan walaupun banyak ditentukan oleh sebaran hujan tidak hanya ditentukan berdasarkan sebaran curah hujan tetapi lebih ditekankan pada keadaan tanah. Daerah pelembahan yang banyak mendapat air dari sekitarnya akan selalu basah walaupun curah hujannya sangat sedikit. Kelengasan dibagi menjadi basah, lembab, agak kering dan kering berdasarkan berapa lama tanah sampai kedalaman tertentu mengalami kekeringan dalam setahun. Usaha pertanian juga sangat ditentukan oleh bentuk wilayah dan jenis tanah. Bentuk wilayah lebih mudah dinyatakan dengan besarnya lereng, dimana wilayah dapat dikelompokkan menjadi wilayah datar, berombak, bergelombang, berbukit atau bergunung dengan lereng yang semakin meningkat. Sifat-sifat tanah yang sangat menentukan dalam usaha pertanian adalah selang kemasaman, selang tekstur dan drainase.

Sistem pertanian berkelanjutan akan terwujud hanya apabila lahan digunakan untuk sistem pertanian yang tepat dengan cara pengelolaan yang sesuai. Apabila lahan tidak gunakan dengan tepat, produktivitas akan cepat menurun dan ekosistem menjadi terancam kerusakan. Penggunaan lahan yang tepat selain menjamin bahwa lahan dan alam ini panduan metodologi analisis memberikan manfaat untuk pemakai pada masa kini, juga menjamin bahwa sumberdaya alam ini bermanfaat untuk generasi penerus di masa-masa mendatang. Dengan mempertimbangkan keadaan agroekologi, penggunaan lahan berupa sistem produksi dan pilihan-pilihan tanaman yang tepat dapat ditentukan.

Bentuk wilayah atau fisografi (terrain) yang merupakan faktor utama penentuan sistem produksi disamping sifat-sifat tanah. Lereng lahan banyak dipakai sebagai bahan pertimbangan mengingat bahaya erosi dan penurunan mutu lahan merupakan ancaman yang nyata pada pertanian berlereng curam di daerah tropika basah. Pertanian di lereng yang curam juga membatasi penggunaan tenaga mesin dan ternak dalam pengolahan tanah, sehingga untuk daerah seperti ini lebih banyak dianjurkan tanaman tahunan yang lebih sedikit me-merlukan tenaga kerja. Selain masalah erosi dan degradasi lahan, kendala lain seperti efisiensi energi dalam jangka panjang perlu dipertimbangkan. Pada lahan yang curam, tenaga yang diperlukan untuk mengangkut masukan pertanian dan hasil-hasil pertanian dari dan ke lahan usaha akan menjadi sangat tinggi. Hal ini menyebabkan usahatani pada lahan curam hanya akan menguntungkan apabila upah tenaga relatif rendah.

Apabila diperhitungkan akan menguntungkan secara ekonomi seperti pengusahaan tanaman-tanaman hias, dan sayuran khususnya serat tanaman hortikultura umumnya pembuatan teras bisa dilaksanakan. Perlu juga diingat bahwa pembuatan teras tidak selalu tepat untuk semua tanah. Tanah dengan bahan induk yang berjenis lepas (loose) seperti batuan pasir akan mudah longsor apabila diteras. Pada tanah-tanah masam penterasan akan menyingkap lapisan bawah yang banyak mengandung aluminium yang tinggi dan kurang subur sehingga akan membuat pilihan tanaman menjadi sangat terbatas.

Pertanian dengan pengusahaan tanaman semusim hanya dianjurkan pada lahan dengan lereng lebih kecil dari 8% apabila tanahnya sesuai. Pertanian ini tidak dianjurkan pada lahan datar sekiranya tanahnya dari bahan induk pasir kuarsa maupun gambut dalam, serta tanah yang terlalu banyak berbatu, sehingga menyulitkan pengelolaan tanah. Untuk tanah sulfat masam dengan lapisan cat-clay yang dekat di permukaan hanya dapat digunakan bila suasana reduksi terus dipertahankan di seperti sawah atau hutan gelam. Lahan dengan lereng,,8-15, dianjurkan untuk sistem wanatani, dengan mengusahakan tanaman semusim bersama tanaman keras, sedangkan lahan dengan lereng 16-40% panduan metodologi analisis sebaiknya hanya diusahakan tanaman permanen, seperti tanaman keras maupun kehutanan atau padang rumput. Lahan dengan lereng di atas 40% sebaiknya digunakan untuk kehutanan sebagai wilayah konservasi.

Makin baik keadaan lahan, makin banyak alternatif komoditas yang dapat dipilih. Dalam pemilihan tanaman yang sesuai untuk diusahakan pada suatu lahan, diperlukan data masukan tentang lereng, tekstur, kemasaman, serta dilengkapi dengan data rejim kelembaban dan rejim suhu. Anjuran-anjuran akan diberikan mengenai berbagai macam serealia, umbi-umbian, kacang-kacangan, tanaman penghasil serat, tanaman penghasil minyak, tanaman bahan minuman, sayur-sayuran, buah-buahan, serta cash crops seperti tembakau, tebu, karet, lada, dan lain sebagainya berdasarkan keadaan tanah dan iklim. Apabila lahan tidak sesuai untuk usaha pertanian dapat diberikan pilihan-pilihan tanaman kehutanan yang dapat tumbuh baik diwilayah tersebut. Kesesuaian tanaman umumnya dibatasi oleh kekurangan atau kelebihan air maupun suhu yang ekstrim. Sedangkan kendala tanah, umumnya dapat diatasi dengan lebih mudah dan biaya yang lebih rendah.

Pembangunan pertanian tidak dapat terlepas dari faktor sosial ekonomi, seperti penduduk sebagai sumber tenaga kerja dan potensi pasar, prasarana dan kebiasaan kebiasaan masyarakat. Teknologi pertanian dapat berkembang dan berkelanjutan tidak saja karena secara teknis mantap dan aman secara lingkungan, tetapi juga secara ekonomi harus layak, secara sosial dapat diterima dan secara administratif dapat dikelola.

Dengan berkembang pesatnya teknologi informasi seperti komputer, informasi apapun yang tersedia dapat digunakan untuk melakukan inference dan simulasi untuk dapat memperoleh informasi yang lebih baik. Dengan memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence) telah disusun suatu sistem pakar untuk mengevaluasi sistem produksi yang tepat untuk suatu lahan dan mencari alternatif komoditas untuk diusahakan dengan cepat. Dengan memanfaatkan berbagai informasi sumberdaya lahan yang tersedia dan teknologi komputer seperti sistem pakar untuk mengevaluasi sistem produksi yang tepat dan mencari alternatif komoditas untuk diusahakan dengan tepat. Menghadapi komitmen kita pada masalah lingkungan dan perdagangan bebas, perencanaan penataan pertanian tidak dapat menunggu sampai informasi yang lebih rinci dan lebih baik terkumpul.

Senin, 22 Desember 2008

PERENCANAAN AGRIBISNIS


PENDAHULUAN

Uraian tentang Perencanaan Agribisnis merupakan kelanjutan dari uraian tentang
Agribisnis Sebagai Suatu Sistem. Uraian tentang perencanaan Agribisnis ini perlu
dipahami oleh para penyuluh pertanian, widyaiswara, dan guru pertanian. Setelah
memahami diharapkan dapat:
1. Menerangkan pengertian perencanaan agribisnis.
2. Menguaraikan 3 tahapan perencanaan agribisnis.
3. Menguraikan titik tolak perencanaan agribisnis.
4. Menerangkan 7 kegiatan perencanaan agribisnis.


MERENCANAKAN AGRIBISNIS

Perencanaan agribisnis membahas beberapa-pokok bahasan yaitu:
1. Pengertian perencanaan Agribisnis.
2. Tahapan Perencanaan Agribisnis.
3. Titik Tolak Perencanaan Agribisnis.
4. Kegiatan Perencanaan Agribisnis.

Pengertian Perencanaan Agribisnis:

Perencanaan Agribisnis adalah usaha sistematis untuk mencari alternatif-alternatif
baru, disertai dengan penghitungan konsekuensi finansialnya terhadap hasil dan
biaya.
Tujuan beragribisnis adalah untuk memperoleh pendapatan yang paling tinggi baik
berbentuk natura maupun uang.
Ditinjau secara ekonomis murni, agar proses agribisnis berkelanjutan maka:

Nilai hasil = biaya + laba guna menampung seluruh resiko usaha.

Dari sudut agribisnis yang dilakukan oleh petani-nelayan dalam bentuk usahatani:

Nilai hasil = biaya + menampung kebutuhan hidup petani-nelayan secara sejahtera.

Tahapan Perencanaan Agribisnis:

Tahapan-tahapan perencanaan agribisnis adalah:
I. Mencari alternatif-alternatif.
II. Menghitung rendabilitas dan melakukan analisis perencanaan.
III. Membandingkan situasi baru dengan situasi saat ini.

Titik Tolak Perencanaan Agribisnis

Pada hakekatnya yang perlu diusahakan adalah pemanfaatan semaksimal mungkin
dari faktor-faktor yang paling langka.
Misalnya tanah paling langka, maka gunakanlah tanah seintensif mungkin dengan
teknik intensifikasi untuk meningkatkan produktifitas. Bila tenaga kerja paling langka,
maka usahakan dapat ditunjukkan untuk memproduksi sebanyak-banyaknya per
satuan tenaga kerja, dengan menggunakan tanah dan modal yang ada. Jika modal
paling langka, maka diarahkan untuk ektensifikasi dengan menggunakan tenaga
kerja yang banyak (padat tenaga kerja, bukan padat modal).
Jadi perbandingan kuantitatif antara luas tanah dibanding jumlah modal yang
digunakan, akan tergantung kelangkaan relatifnya.
Perbandingan akan berubah, jika perbandingan nilainya berubah. Oleh karena itu
agribisnis harus selalu dinamis agar dapat menyesuaikan dengan perbandingan
yang selalu berubah tadi.
Singkatnya, titik tolak perencanaan agribisnis adalah:
Perbandingan kualitatif antara luas tanah, jumlah tenaga kerja, jumlah modal.

Kegiatan Perencanaan Agribisnis:
Berdasarkan titik tolak tersebut di atas, maka kegiatan perencanaan agribisnis akan
berlangsung sebagai berikut:
1. Indentifikasi kebutuhan pasar.
2. Indentifikasi kebutuhan industri hilir.
3. Indentifikasi jaringan ketersediaan modal usaha.
4. Penyusunan pola usahatani yang memiliki keunggulan kompetitif komoditas.
5. Perencanaan modal dan pengajuan kredit.


PENUTUP

Untuk mendalami pengertian agribisnis, uraian singkat seperti di atas sangat
tidak cukup. Untuk itu disarankan agar petugas yang berkecimpung di dalam
pembinaan agribisnis agar selalu meningkatkan kemampuan baik teori maupun
praktek di lapangan.
(STM/004/94)

Sumber: Anonim 1993. Agribisnis. Seri V. Badan Pendidikan dan Latihan
Pertanian Departemen Pertanian.

KLIK IKLAN BERHADIAH DOLLAR